Pondok Pesantren Malnu Menes Banten

pondok-pesantren-malnu-menes-banten

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Malnu Menes didirikan pada tahun 1916 Masehi. Awaln K.H. Tb. Sholeh Kananga, K.H. Tb. Arsyad Tegal Menes, K.H. E. Muhammad Yasin dan K.H. Mas. Muhammad Abdurrahman bin Jamal sepakat untuk mendirikan LPI Ahlussunnah wal Jamaah yang berpedoman kepada Al-Qur’an, Hadis, Ijma dan Qiyas.

Dengan nama awal Mathla’ul Anwar, madrasah ini menggunakan sistem klasikal, yaitu kelas A dan B (sebagai kelas dasar dan menengah pertama) dan kelas 1-7 (adalah kelas program menengah atas dan program tingkat tinggi).

Keberadaan Mathla’ul Anwar mendapat dukungan dari seluruh kiai dan santri, sehingga perkembangan awalnya tiap kelas rata-rata duhuni 70-80 santri. Melalui program khusus dari keempat ulama pendiri, setiap pelajar yang punya ijazah keluar dari kelas 7 dikirim ke berbagai daerah untuk mengembangkan perolehan ilmunya di daerah yang sesuai dengan SK. PB Mathlaul ‘Anwar.

Setiap tahunnya, santri yang keluar dari kelas 7 rata-rata menjadi calon kiai, salah satunya Ahmad Siddik yang lulus dari kelas 7 dan tugaskan untuk mengajar di Mathlaul ‘Anwar Manggala, Kp. Utara. Keberadaan Ahmad Siddik tidak sekadar di madrasah, namun aktif juga di tengah-tengah masyarakat.

Selanjutnya, Nahdlatul Ulama dibentuk pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriah atau 31 Januari 1926 di Tebuireng Jombang, di mana pada kesempatan itu Kiai Mas. Abdurrahman dan Kiai E. Moh. Yasin hadir. Keduanya menyetujui pendirian Nahdlatul Ulama yang selanjutnya menyetujui pula Konsensus Tebuireng, Konsensus tersebut diterima dan dilaksanakan oleh pendiri Mathlaul ‘Anwar sehingga terjadilah Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama dan Jamiyah Nahdlatul Ulama cabang Menes.

Pembentukan NO (Nahdlatul Oelama) dan penambahan nama Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama dipertanggungjawabkan kepada Pengurus Besar Mathla’ul Anwar di Menes, sehingga madrasah bertambah barokahnya dengan berdirinya puluhan cabang di berbagai daerah, seperti Karawang, Bogor, Sukabumi, Lampung dan Palembang.

Pada Muktamar NU ke-12 di Malang (1937),  Kiai E. Muhammad Yasin d tunjuk untuk penyelenggaraan Muktamar NU ke-13 di Menes pada tahun 1938. Karena sudah sepuh dan sering uzur, di tengah kesibukannya mempersiapkan muktanmar, Kiai E. Muhammad Yasin wafat. Selanjutnya, kedudukan ketua penyelanggara Muktamar NU ke-13 di Menes dialihkan kepada menantunya, Kiai Tb. M. Rusydi.

Pada periode ini, pesantren berlangsung dengan matang dan beroleh sukses sampai tahun 1952 karena di dukung oleh para ulama. K.H. Tb. Rusydi wafat ditembak Belanda saat mengimami salat Subuh di masjid Ciherang pada tahun 1948.

Pada tahun 1952 Masehi, NU melaksanakan muktamar di Palembang, Sumatera Selatan tiga tokoh ulama Banten yang terlibat, di antaranya; K.H. Amin Djasuta dari Kota Serang, K. H. Ayip Muhammad Dzuhri (menantu Kiai Tb. Ahmad Khotib) dan K.H. Uwes Abu Bakar (Ketua NU Banten sekaligus Ketua PB Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama.

Dua ulama terkemuka di Menes, Kiai Abdul Latif dan Kiai Junaedi yang melanjutkan syiar Islam Aswaja lewat lembaga pendidikan Islam wafat. Kemudian diadakanlah Kombes (konferensi besar) Mathla’ul Anwar yang dihadiri oleh para pemuka Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama. Bahkan, yang hadir tidak hanya dari Banten namun dari Karawang, Bogor dan Lampung juga hadir. Kemudian disusunlah dewan pengurus PB. Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama.

Singkat cerita, dengan kerja keras dan keikhlasan figur seorang tokoh umum—yang pada saat itu menjadi ketua DPRD Pandeglang—berhasil membangun gedung Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama pusat di depan alun-alun Menes.

Pada saat itu, Ketua Umum PBNU (K.H. Idham Khalid) baru saja selesai musyawarah terbatas memanggil K.H. A. Ma’ani Rusydi dan yang hadir pada waktu itu adalah K.H. Muhammad Dahlan, K.H. Muhammad Ilyas dan K.H. Saepudin Dzuhri. Kiai Idham pun memohon agar diamini oleh para kiai yang ada untuk menyingkat Mathla’ul Anwar Linahdlotil Ulama menjadi MALNU.

Dengan persetujuan dan doa, Kiai Idham tidak merasa cukup, maka pada peresmian UNU Cabang Pandeglang yang sekarang menjadi STAISMAN, beliau mengumumkan susunan pimpinan UNU Cabang Pandeglang sekaligus memproklamasikan Mathla’ul Anwar Linahdlotil ULAMA dengan singkatan MALNU.

Dan, sampai saat ini, lembaga pendidikan tersebut dikenal sebagai Pondok Pesantren MALNU Menes. Pesantren ini beralamatkan di Jl. Alun-alun Timur Menes, Purwaraja, Pendeglang, kabupaten Pandeglang, Banten. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *