Pondok Pesantren MUS Sarang Rembang

pondok-pesantren-mus-sarang-rembang

JAS HIJAU – Pondok Pesantren MUS Sarang, Rembang bermula dari sebuah pengajian monolog di sebuah surau (musala) yang dipimpin oleh seorang tokoh yang sangat kharismatik di lingkungan masyarakat nelayan Sarang bernama K.H. Ghozali bin Lanah. Pada saat itu, tahun 1850, beliau melihat kondisi masyarakat Sarang masih sangat jauh dari norma-norma Islam.

Sebagai sarana dakwahnya, K.H. Ghozali mendirikan sebuah lembaga pendidikan non formal berupa pesantren. Inilah pesantren pertama yang menjadi cikal bakal berdirinya beberapa pesantren di Karangmangu, Sarang.

Dalam perkembangannya, lembaga ini menjadi salah satu prioritas bagi mereka yang ingin mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Murid-muridnya tidak hanya berasal dari wilayah Sarang, akan tetapi banyak yang berasal dari luar daerah. Salah satu muridnya yang sangat terkenal adalah K.H. Ahmad Syua’ib bin K.H. Abdurrozzaq, yang selanjutnya diambil menantu oleh K.H. Ghozali untuk meneruskan perjuangannya dengan dibantu oleh K.H. Fathurrohman (putera KH. Ghozali).

Sepeninggal K.H. Ghozali tongkat perjuangan dipegang oleh menantunya (K.H. Syua’ib) dan dibantu oleh dua puteranya, K.H. Ahmad dan K.H. Imam Kholil. Pada tahun 1928, K.H. Ahmad Syua’ib meninggal dunia dengan menorehkan sejarah panjang perjuangan.

Dari tahun ke tahun, jumlah santri yang mengaji di Pondok Pesantren MUS Sarang semakin bertambah banyak. Hal ini menggugah keprihatinan K.H. Ahmad Syu’aib yang melihat kurang memadainya fasilitas, karena kurangnya lokal untuk bermukim bagi para santri yang berasal dari luar daerah. Akhirnya, K.H. Ahmad Syu’aib dengan dukungan dan bantuan menantunya, K.H. Zubair Dahlan (ayahanda K.H. Maimun Zubair), berinisiatif untuk mendirikan lembaga baru yang diberi nama Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syari’yyah (MUS) atau Pondok Pesantren MUS.

Pada perkembangannya, Pondok Pesantren MUS Sarang terus mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Semenjak dari asuhan K.H. Ahmad Syua’ib (w. 1967 M) kemudian diteruskan oleh puteranya, K.H. Abdurrochim Ahmad (w. 21 Ramadan 1422 H/2001 M) hingga sekarang Pondok Pesantren MUS telah memiliki santri dengan jumlah 1.200 (terdiri dari 800 santri putera dan 400 santri puteri).

Seiring dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren MUS terus mengalami perkembangan. Tidak hanya santri dari kalangan remaja dan dewasa, santri anak-anak pun banyak menuntut ilmu di dalamnya. Untuk menjaga kwalitas belajar para santri, khususnya santri dari kalangan anak-anak, maka pada bulan November tahun 2007, muncul ide untuk membuat pesantren khusus anak-anak. Hal ini dianggap perlu demi menjaga efektifitas dan konsentrasi belajar santri seusia mereka. Karena pada usia seperti mereka diperlukan  pendidikan dan pengajaran serta penanganan khusus.

Untuk merealisasikan hal tersebut, maka pada akhir tahun 2007 dibangunlah pesantren baru khusus anak-anak yang diberi nama Ma’had Tarbiyatul Athfal. Di mana pesantren ini masih berada di bawah naungan Pondok Pesantren MUS (Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syari’yyah). Pembangunan M’’had Tarbiyatul Athfal ini dibiayai oleh sumbangan tidak mengikat yang bersumber dari alumni dan para dermawan.

Pondok Pesantren MUS menjalankan beragam program pendidikan, di antaranya:

  1. Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah; program ini terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun) dan Madrasah Aliyah (3 tahun).
  2. Dirosah Khoshshoh (DKH); program ini terdiri dari Ibtida’iyah (3 tahun, Strata SD), Tsanawiyah (3 tahun, Strata SMP) dan Aliyah (3 tahun, Strata SMA).
  3. Ma’had Aly; program ini adalah program pendidikan tinggi setara S1 dengan jangka waktu 4 tahun pendidikan. Di mana pada semester satu sampai delapan dengan program pembuatan skripsi di semester akhir dan presentase.
  4. Marhalah Tsaniyah; program ini adalah program pendidikan tinggi setara S2, empat semester dengan program pembuatan makalah tiap semester.

Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan adalah khusus pendidikan pesantren, karena tujuan utama pendirian pesantren adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama demi tegaknya syiar Islam. Sehingga dengan sendirinya kurikulum yang dipakai adalah kurikulum pesantren.

Sistem pendidikan yang diselenggarakan sebagaimana sistem pendidikan salafi, yaitu; kajian kitab salaf (kitab kuning) dengan metode sorongan dan bandongan. Di samping kegiatan kajian kitab, mereka juga berpartisipasi aktif membantu masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Lembaga yang menangani kajian masalah-masalah di masyarakat tersebut adalah Majelis Musyawarah Masa’il Syar’iyah (M3S).

Pondok Pesantren MUS (Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syari’yyah) beralamatkan di Jalan Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. [DR]


2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *