Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo

pondok-pesantren-nurul-jadid-paiton-probolinggo

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Nurul Jadid didirkan pada tahun 1948 oleh K.H. Zaini Mun’im. Awal berdirinya pesantren ini sangat berkaitan erat perang gerilya yang dilakukan oleh Kiai Zaini dalam rangka membela tanah air.

Kiai Zaini adalah pejuang barisan Pembela Tanah Air (PETA) pada penjajahan Jepang. Selain itu, beliau juga dipercaya sebagai pimpinan Sabilillah ketika melakukan serangan terhadap Belanda pada 16 Agustus 1947 yang menguasai Kota Pamekasan.

Sebab itulah, Kiai Zaini menjadi incaran Belanda. Kondisi yang menghimpit itu memaksakan beliau hijrah berlayar dari Madura ke tanah Jawa dan berlabuh di desa Tanjung yang saat ini telah berganti menjadi desa Karanganyar.

Sesampainya di Karanganyar beliau tidak memiliki niatan untuk mendirikan lembaga pendidikan (pesantren), namun untuk mengisolir diri dari keserakahan dan kekejaman kolonial Belanda. Justru keinginan beliau menyebarkan ajaran Islam ke seluruh tanah air melalui Departemen Agama.

Akan tetapi keinginan tersebut tidak sempat terealisasi, lantaran sejak berlabuh di Karanganyar beliau mendapatkan titipan 2 orang santri; Syaifuddin yang berasal dari Sidodadi, Paiton dan Syafiuddin dari Kotaanyar Paiton, untuk mengaji dan belajar ilmu agama kepadanya.

Bermula dari 2 orang santri itu, Kiai Zaini pun batal melakukan pengembaraan ke Pendaleman Yogyakarta menemui teman-teman seperjuangannya. Beliau semakin bulat menetap di Karanganyar mengurus santri setelah beberapa orang berdatangan untuk menimba ilmu.

Sebelumnya memang, Kiai Zaini berkonsultasi kepada K.H.. Syamsul Arifin (ayah K.H. As’ad Syamsul Arifin Sukorejo), pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, dengan membawa contoh tanah.

Dalam penamaan pesantren, Kiai Zaini mendapat dua pilihan nama berbeda dan diberikan oleh dua ulama yang berbeda pula. Suatu Ketika, K.H. Baqir, putera gurunya (K.H. Abdul Majid), bertamu dan menawarkan nama pesantren dengan nama Nurul Jadid (cahaya baru). Namun, secara bersamaan, Kiai Zaini mendapat surat dari Habib Abdullah bin Faqih, isinya pun memohon agar pesantrennya diberi nama Nurul Hadits, supaya mirip dengan nama pesantrennya, Pondok Pesantren Nurul Hadits Malang.

Dari kedua tawaran nama yang disodorkan itu, Kiai Zaini lebih memilih nama Nurul Jadid untuk diabadikan sebagai nama pesantren yang diasuhnya. Di kawasan Probolinggo inilah, kemudian didirikanlah pesantren dengan nama Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Kiai Zaini memimpin pesantren hingga tahun 1976, kemudian dilanjutkan oleh putera-puteranya; K.H. Hasyim Zaini (1976-1984), K.H. Abdul Wahid Zaini (1984-2000) dan K.H. Mohammad Zuhri Zaini (1984 hingga sekarang).

Hingga saat ini, pesantren yang beralamatkan di Jl. Kyai Haji Mun’im, dusun Tj. Lor, Karanganyar, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur tidak hanya dikenal dengan pendidikan salafnya namun juga sudah mewadahi beberapa pendiikan formal. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *