Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin Kota Probolinggo

pondok-pesantren-roudlotut-tholibin-kota-probolinggo

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin didirikan oleh Kiai Faqih. Tahun berdirinyapesantren ini tidak diketahui secara pasti. Namun, wafatnya Kiai Faqih (Tahun 1875 M/1296 H) yang kemudian dianggap sebagai bukti kuat berdirinya pesantren.

Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin disebut juga Pondok Kareng dikarenakan saat itu, Desa Kademangan berada di kecamatan yang disebut Sumber Kareng. Bahkan, sampai saat ini masih banyak sekali masyarakat mengenal dan menyebutnya sebagai Pondok Kareng.

Berdirinya Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin dikarenakan kerisauan Kiai Abu Tholib (Bujuk Randuh) yang menetap di Desa Jrebeng Lor, Kecamatan Wonoasih terhadap kehidupan masyarakat Kademangan saat itu. Rampok, sabung ayam, perjudian, mabuk-mabukan adalah sedikit dari berbagai larangan yang menjadi keseharian masyarakat di sana. Akhirnya, desa ini dikenal dengan sebutan Desa Mices, yaitu desa yang dipenuhi sarang maksiat dan kemungkaran.

Lantaran hal tersebut, kemudian Kiai Abu Tholib meminta Kiai Faqih untuk memberikan pembelajaran keagamaan di desa ini. Hal ini dikarenakan tidak adanya tokoh yang representatif yang dijadikan panutan, sehingga masyarakat tidak terarah dan mayoritas berkutat dalam kemaksiatan.

Kiai Faqih mengamini permintaan Kiai Abu Tholib yang merupakan saudaranya. Setelah itu, untuk mensukseskan jalannya dakwahnya, Kiai Faqih diberikan sebidang tanah di sekitar Masjid Al Mubarok oleh saudaranya yang lain yang dikenal dengan nama Bujuk Singosari dari Desa Pohsangit Leres.

Sedikit demi sedikit akhirnya beliau menjalankan tugasnya. Pada awalnya beliau mendirikan sebuah musala kecil untuk membimbing masyarakat kembali ke jalan yang benar. Sedikit banyak terdapat penolakan, namun beliau mampu mengatasinya. Hal ini dikarenakan penyimpangan masyarakat di kala itu lebih karena tidak tersentuhnya diri mereka oleh cahaya keagamaan.

Setelah kedatangan Kiai Faqih masyarakat di sana mulai sedikit membaik dan banyak sekali yang lebih memilih jalan Ilahi yang diarahkan oleh beliau. Musala yang dibangun oleh beliau inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinaya Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin.

Dalam perkembangannya Ponpes Kareng diberi nama secara resmi Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin oleh K.H. Abdul Mujib Abdullah. Setelah diambil menantu pada tahun 1970, beliau langsung merintis pendidikan formal yang bernama MI Ihyaul Islam dan terus meningkatkan dan memperkuat kinerja pendidikan Madrasah Diniyah.

Di tangan gigih beliau, kemudian mulai berdatangan santri yang menetap baik dari dalam kota maupun luar kota yang jumlahnya memang tidak terlalu banyak, antara 25-75 santri dan tiap tahunnya pasang surut. Dan setelah MI berdiri, pada tahun 1980 beliau merintis Mts Roudlotut Tholibin. Dalam proses pendirian pendidikan formal ini, tantangan dan godaannya sangat besar baik dari internal maupun eksternal. Namun, K.H. Abdul Mujib Abdullah sama sekali tidak menghiraukan godaan tersebut. Bahkan, beliau cenderung terus melanjutkan keinginannya untuk membesarkan Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin.

Alasan beliau sangat kuat dalam mengembangkan pendididkan formal, yang dianggap sebagian orang akan mengancam keberlangsungan terhadap pendidikan Diniyah dan majelis taklim lainnya. Hal ini didasari oleh tekad beliau agar para santri juga melek pendidikan formal agar nantinya mampu menjadi orang-orang yang memiliki peranan penting dalam berbagai aspek. Selain itu, tujuan mulia beliau yang tidak banyak dilihat orang ialah agar orang tua yang memiliki orientasi pendidikan formal dapat memondokkan anaknya di pesantren ini, sehingga pada akhirnya mereka pun akan dididik kajian kitab kuning. Strategi jenius inilah yang tidak banyak dilihat orang, namun beliau sangat faham akan hal ini.

Setelah berhasil mendirikan MTs yang memiliki banyak siswa baik dari kalangan santri sendiri maupun masyarakat sekitar, kemudian pada tahun 1987 belaiu merintis MA Wahid Hasyim (WAHASY), tujuan didirikan MA ini yaitu untuk memberi peluang kepada siswa MTs supaya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu agar para santri yang ingin melanjutkan pendidikan tidak harus ke luar pondok dan tetap melanjutkan kajian kitab kuningnya.

Perkembangan WAHASY dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari keadaan inilah kemudian beliau berencana merintis Sekolah Menengah Atas pada tahun 1996. Namun rencana ini diurungkan karena ada tawaran dari Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif NU) Kota Probolinggo untuk mengambil alih SMA Sunan Giri (SMAGI) yang pada waktu itu pendidikan tersebut kekurangan murid. Pemberian mandat ini bertujuan agar pendidikan tersebut tidak mati.

Gedung pertama kali SMAGI terletak persis di selatan Masjid Agung Kota Proboliggo sehalaman dengan SMP Sunan Giri. Kemudian setelah diambil alih oleh K.H. Abdul Mujib Abdullah, maka gedung tersebut dipindah ke Jl. Prof. Dr. Hamka, Kademangan, Kota Probolinggo.

Pemindahan tempat tersebut akhirnya, terjadi pemisahan antara santri putera dan puteri. SMAGI dikhususkan untuk santri putera, dan WAHASY dikhususkan untuk santri puteri. Kedua lembaga kini terus berkembang pesat sampai saat ini seiring dengan mulai bertambahnya santri Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin.

Pada tahun 2015 Yayasan Pesantren Roudlotut Tholibin (YASSARO) merintis Sekolah Menengah Kejuruan yang diberi nama SMK Sunan Giri yang fokus dalam bidang otomotif. Tujuan didirikan pendidikan ini adalah untuk memberi peluang kepada santri yang tidak ingin melanjutkan ke perguruan tinggi agar jika santri tersebut lulus atau berhenti dari ponpes mempunyai bekal yaitu bisa langsung berwirausaha atau bekerja.

Saat ini YASSARO sudah memiliki lembaga pendidikan mulai dari PAUD sampai SMA dan tentunya pendidikan Diniyah yang berbasiskan salaf. Harapan terbesar para pengasuh, asatiz, guru-guru, dan seluruh jajaran pengurus YASSARO agar para alumni lembaga ini mampu menjadi insan yang memiliki kompetensi, kontribusi, dan integritas yang baik dalam segala aspek kehidupan masyarakat, baik ketika menjadi kiai, diplomat, wakil rakyat, pengusaha, petani, pedagang, guru, pegawai, dan profesi lainnya. Kompetensi, kontribusi, integritas adalah tiga kunci penting yang menjadikan seseorang mampu menjadi pribadi sukses apa pun profesi yang digelutinya.

Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin terletak di pinggir Kota Probolinggo yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari jalan raya, tepatnya di Jl. K.H. Fadhol 970, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur. [DR]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *