Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan

pondok-pesantren-salafiyah-pasuruan

JAS HIJAU – Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan didirkan oleh Kiai Hasan Sanusi (Mbah Slagah) sekitar tahun 1779 Masehi. Pesantren ini bermula dar sebuah langgar yang didirikan oleh Kiai Hasan Sanusi di suatu dusun yang bernama Kebonsari. Dari langgar ini, yang biasa disebut sebagai Langgar Gede, dilangsungkan pengajaran dan penyebaran Islam secara intensif dan berkesinambungan hingga Kiai Hamdani (cucu Mbah Slagah) berinisiatif untuk menambah satu langgar lagi sebagai sarana proses belajar dan dibangun pula bilik-bilik sederhana untuk menampung para santri.

Perkembangan langgar ini semakin tahun semakin pesat dengan terus berdatangannya para santri dari berbagai daerah di sekitar Pasuruan hingga secara tidak langsung berdirilah sebuah kompleks yang berporos pada tiga unsurnya, yaitu rumah atau dalem kiai, langgar atau masjid serta bilik-bilik santri.

Pada masa kepemimpinan Kiai Yasin (wafat 1351 Hijriah), mulai dikenal kurikulum pendidikan Madrasah yang dikenal sebagai Madrasah Sunniyah. Hanya saja, Madrasah ini tidak menyatu dengan kompleks pesantren namun diletakkan di dekat Masjid Jami’ Pasuruan. Agaknya hal ini agar tidak berbenturan dengan sistem pengajaran di pesantren sendiri yang telah berlangsung sekian lama.

Setelah beliau wafat, secara berturut-turut estafet kepemimpinan pesantren dipegang oleh Kiai Mas Sahalullah, Kiai Muhammad bin Yasin, Kiai Abdullah bin Yasin, Kiai Ahmad Qusyairi bin Shiddiq serta Kiai Ahmad bin Sahal, sebelum akhirnya kepemimpinan pesantren dipegang oleh Romo Kiai Hamid.

Pada masa Kiai Hamid, Pondok Pesantren Salafiyah mengalami pertumbuhan yang signifikan, dimulai dengan memberlakukan sistem madrasah di dalam pondok yang sebelumnya hanya diselenggarakan terpisah di luar pondok pada tahun 1971. Kurikulum madrasah dirancang sendiri dengan berlandaskan pada asas pengajaran salafi, bukan madrasah formal.

Sistem demikian terus bertahan hingga saat ini. Pada masa beliau pula, didirikanlah pesantren puteri dengan sistem dan kurikulum pengajaran yang sama persis dengan pesantren putera. Keluasan ilmu dan kearifan Kiai Hamid telah menarik hati para orang tua dari berbagai daerah di Indonesia dan membuat mereka mempercayakan pendidikan putera-puterinya kepada beliau untuk ditempa sebagai kader-kader pengibar panji-panji Islam yang kukuh dan digdaya.

Sepeninggal Kiai Hamid estafet kepemimpinan diteruskan oleh Kiai Aqib bin Yasin, putera terakhir Kiai Yasin. Setelah Kiai Aqib wafat, dibentuklah Dewan Kenadhiran sebagai upaya menjaga keberlangsungan pesantren, hasil musyawarah shulaha ahlil balad.

Baca juga: Profil dan Sejarah Singkat Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan


Untuk pertama kalinya diangkat sebagai anggota Dewan Nadhir adalah K.H. M. Sholeh Ahmad Sahal, K.H. M. Idris Hamid dan K.H. Ahmad Taufiq Aqib. Saat ini kepemimpinan dalam Dewan Nadhir dikendalikan oleh K.H. M. Zakky Ubeid (pengganti K.H. M. Sholeh Ahmad Sahal yang telah wafat), K.H. M. Idris Hamid dan K.H. Ahmad Taufiq Aqib.

Pondok Pesantren Salafiyah beralamatkan di Jl. K.H. Abdul Hamid, Gang Vlll-14, Kebonsari, Panggung Rejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *