JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Quraish Shihab, Keturunan Nabi yang Enggan Dipanggil Habib
Home » Quraish Shihab, Keturunan Nabi yang Enggan Dipanggil Habib

JAS HIJAU – Perdebatan gelar habib terus menyeruak, ragam komentar pun muncul dari berbagai pihak. Isu jual beli gelar habib yang menyebar di masyarakat dan terus berkembang sperti bola liar. Di kanal-kanal media digital, konten perseteruan nasab terus diunggah berulang-ulang.
Namun, tulisan ini tidak hendak membahas perseteruan gelar habib yang sedang ramai diperbincangkan. Lain kali saja, kita bicarakan di tulisan-tulisan selanjutnya. Kali ini kita bahas sosok keturunan Kanjeng Nabi yang justru tak mau dipanggi habib. Siapakah beliau, berikut ulasannya.
Namanya Quraish Shihab, publik lebih sering memanggilnya Pak Quraish atau Prof. Quraish. Ya, meski beliau memiliki garis keturuan Kanjeng Nabi sebagaimana habib pada umumnya. Namun, lelaki kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan tersebut enggan dipanggil habib.
Salah satu cendekiawan Muslim Indonesia yang juga menjadi Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia Yogyakarta bersama Gus Baha tersebut membenarkan bahwa dirinya memiliki jalur keturunan kepada Nabi Muhammad saw. Kakeknya, Habib Ali bin Abdurrahman Shihab berasal dari Hadhramaut, Yaman.
Sebagaimana mafhum di kalangan Arab-Indonesia, habib menjadi gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan kerabat Nabi Muhammad saw (Bani Hasyim). Khususnya dinisbatkan terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Sayyidatina Fatimah az-Zahra yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Selain itu, panggilan habib juga penanda Arab-Indonesia yang memiliki Moyang yang berasal dari Negeri Yaman, khususnya Hadhramaut.
Dalam sebuah potongan video pendek yang diunggah oleh KANAL MATAAIR, Qurasih Shihab dan Gus Mus terlihat tengah asyik bercengkrama. Kedua tokoh itu terlihat berbincang-bincang dan sesekali melemparkan guyonan. Di tengah guyonan tersebut, Gus Mus tiba-tiba memanggil Quraish Shihab dengan sebutan habib. Namun, Quraish Shihab langsung menampik dan meminta dipanggil om saja.
Baca juga: Perihal Habib Ali Jindan dan Klaim-klaim dalam Ceramahnya
Dalam sebuah kesempatan, saat ngaji berlangsung, Gus Mus pernah menjelaskan, bahwa Quraish Shihab merupakan seorang habib, hanya saja dirinya tak ingin dipanggil habib. Secara bahasa, habib berarti orang yang mencintai dan dicintai. Hanya saja, kata Gus Mus, Quraish Shihab sudah pasti mencintai orang, namun belum tentu dicintai oleh masyarakat luas.
“Beliau mau dipanggil habib hanya oleh cucunya, karena dia tahu cucunya mencintai dia dan dia mencintai cucunya. Kalau kebanyakan orang belum tentu mencintai beliau,” kata Gus Mus.
Hal serupa juga disampaikan oleh puterinya, Najwa Shihab. Dalam Podcast di YouTube Daniel Mananta Network, pembawa acara Mata Najwa itu menyampaikan kalau ayahnya tersebut memang enggan dipanggil habib dan tidak mau dicium tangannya kecuali oleh anak-anak dan cucu-cucunya..
“Sampai sekarang enggak mau dicium tangannya kecuali sama anak dan cucunya,” ucapnya pada video yang diunggap Juni, 2023.
“Enggak mau dipanggil habib di tengah situasi yang sekarang lagi inflasi habib, kayaknya bagian ini viral nanti, biarin aja,” jelasnya.
Quraish Shihab pun menjelasakan bahwa dirinya merasa belum memiliki teladan akhlak sebagaimana diajarkan oleh Baginda Nabi sehingga dirinya merasa belum pantas untuk dipanggil habib. Quraish Shihab pun lalu menceritakan apa yang diajarkan ayahnya.
“Tidak usah kamu yang berkata dirimu habib. Tidak usah kamu yang mengatakan dirimu, ‘Saya profesor, saya doktor.’ Biar dari kegiatanmu orang berkata, oh ini wajar dinamai habib. Ini wajar jadi profesor,” terang lelaki yang dalam Pembukaan Konferensi Internasional tentang Pembaharuan Pemikiran Islam di Al-Azhar pada 2020 itu mendapatkan Bintang Tanda Kehormatan Tingkat Pertama bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni dari Pemerintah Mesir.
Dalam acara bincang dengan puterinya, Quraish Shibah juga mengingatkan bahwa memiliki jalur nasab mulia ke Nabi Muhammad saw seharusnya menjadi cermin bagi diri agar berperilaku sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi.
“Garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur kakek-kakeknya ini, mengikuti jalur Nabi, yang menyebarkan toleransi, yang menyebarkan akhlak,” ucap penulis Tafsir al-Misbah tersebut.
Baca juga: Klaim Habib atas Pangeran Diponegoro
Quraish Shihab pun menyayangkan dengan sebagian orang yang mengaku sebagai habib, tapi akhlaknya belum mencerminkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Jika demikian, kata Quraish, justru akan menodai citra keturunan Nabi sebagai generasi yang seharusnya berakhlak luhur.
“Apa yang terjadi sekarang itu, sebagian kecil orang bisa membuat citra yang negatif. Kemudian disambut oleh yang lain dengan cara yang tidak sesuai juga sehingga terjadi apa yang dinamakan ribut-ribut itu,” ucapnya.
Alasan lain sahabat karib Gus Mus itu enggan dipanggil habib karena merasa dirinya belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga mencintainya. Sementara dalam pandangannya, seorang yang layak dipanggil habib adalah keturunan Nabi yang mencintai masyarakat dan masyarakat juga mencintainya.
“Kalau cuma mau dicintai, tapi tidak mau mencintai, ya bukan habib itu,” ujar ulama yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama di Era Soeharto tersebut.
Mantan Rektor Universitas Syarif Hidayatullah itu berpendapat bahwa setiap kelebihan yang dimiliki seseorang akan memiliki konsekuensi yang harus dipenuhi. Demikian juga bagi seorang habib. Karena telah diberi anugerah nasab yang luhur, maka ia berkewajiban untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam dirinya seperti bersikap lemah lembut dalam berdakwah.
Karenanya, atas dasar mencintai dan dicintai itu, beliau dengan tawadhu’-nya tidak mau dipanggil habib.
“Ilmu saya belum dalam, akhlak saya belum sesuai dengan apa yang diajarkan agama. Jadi tak usah panggil saya habib, tak usah panggil saya, biar saya berjuang dulu. Mudah-mudahan setelah saya meninggal, orang lihat, oh itu habib, tapi sekarang tidak,” ucapnya.
Barangkali dari kalimat tersebut kita benar-benar melihat “sosok habib” dalam diri Prof. Quraish Shihab yang penuh dengan kerendahan hati, berbagai karya ditorehkan, pemikirannya yang amat luas yang disertai dengan pengetahuan agama luar biasa.
Baca juga: Gus Dur, Habaib dan Upayanya Menjaga Keseimbangan Wacana
Sebagaimana kata beliau dalam sebuah wawancara: “Habib itu sebenarnya dahulu diberikan oleh masyarakat, yang kagum pada orang-orang tertentu, yang memiliki tiga sifat utama; yang pertama dia keturunan Nabi Muhammad saw, yang kedua dia berilmu yang luas, dan ketiga dia berakhlak yang luhur,” jelas pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) tersebut.
Akhir kata: Ya, Pak Quraish ini menulis tafsir berjilid-jilid, garis keturunannya pun sampai pada Kanjeng Nabi, namun tak mau dipanggil habib. Sungguh beliau benar-benar pewaris Nabi, warisannya akhlak. Tak heran jika dirinya pun pernah masuk daftar 500 Muslim paling berpengaruh di dunia. [DR]
