Ramadan, Bulan Lahir dan Wafatnya Ibu Nyai Hj. Nur Khodijah

ramadan-bulan-lahir-dan-wafatnya-ibu-nyai-hj-nur-khodijah

JAS HIJAU – Pernikahan Kiai Hasbullah dan Nyai Lathifah melahirkan tujuh putera-puteri yaitu Abdul Wahab, Abdul Hamid, Nur Khodijah, Abdurrohim, Fathimah, Sholihah, Zuhriyah, dan Aminaturrohiyah.

Putera pertama, Kiai Abdul Wahab lahir pada 1887, kemudian disusul Kiai Abdul Hamid sebagai putera kedua yang lahir pada 1890, dan Nyai Nur Khodijah sebagai puteri yang ketiga lahir pada 1897, persisnya pada 23 Februari 1897, setelah dikonversi dari arsip ANRI, “Pendaftaran Orang Indonesia yang Terkemuka yang Ada di Jawa”, yaitu 21 Ramadan 1314 Hijriah.

Bu Nyai Nur Khodijah pada usia sekitar 17 tahun kemudian menikah dengan Kiai Bisri Syansuri yang berusia sekitar 27 tahun, pada 1914. Dua atau tiga tahun, Kiai Bisri membantu pesantren mertuanya di Tambakberas, sebagai persiapan calon pasangan pengasuh pesantren yang tangguh hingga kemudian pada 1917, mendirikan pesantren putera di desa Denanyar.

Pada 1919, Kiai Bisri dan Nyai Nur mendirikan pesantren khusus puteri. Pesantren ini sangat terkenal sebagai pesantren yang mendidik para perempuan agar menjadi insan bermartabat, memahami wawasan ke-Islam-an dasar melalui pengajian kitab kuning, dan mampu membaca al-Qur’an dengan baik. Di antara murid Nyai Nur Khodijah adalah para keponakan beliau, antara lain puteri kakaknya sendiri, yaitu K.H. Abdul Wahab Hasbullah, yaitu Nyai Muktamaroh, dan Nyai Mahfudhoh.

Nyai Nur Khodijah dikenal sebagai Bu Nyai pelopor pendidikan pesantren puteri pertama di Indonesia, yang lembut, sabar, cerdas, tegas, disiplin dan ahli tirakat. Sekitar 38 tahun, Nyai Nur mendampingi Kiai Bisri Syansuri dalam kepengasuhan Pesantren Denanyar.

Sebelum ditemukan data bahwa Nyai Nur Khodijah wafat pada tahun 1955, masih berkembang informasi bahwa beliau wafat pada kisaran tahun 1952, 1953, 1958.

Alhamdulillah, buku Risalah Akhir Sanah yang kami temukan beberapa bulan lalu di Perpustakaan Ndalem Kasepuhan menyebut secara jelas bahwa Nyai Nur Khodijah wafat pada 1955 dengan perhitungan Hijriah pada 22 Ramadan 1374 H. Bermakna jika dikonversikan ke hitungan Masehi, beliau wafat pada Ahad, 15 Mei 1955 dalam usia 63 tahun. Sementara Kiai Bisri Syansuri wafat pada 10 Jumadil Akhir 1440 H, atau Jumat, 25 April 1980 dalam usia 93 tahun.

Dalam buku Risalah Akhir Sanah tertulis kewafatan Nyai Nur pada 22 Ramadan 1375. Agaknya keliru sedikit terkait tahun, yang semestinya adalah 22 Ramadan 1374.

M. Faishol, penelusur sanad tiga pendiri NU, memberi data yang diperoleh dari ibunya yang merupakan santri Bu Nyai Nur Khodijah, bahwa:

Ini berdasar kesaksian ibu saya, bahwa saat Mbah Nyai Nur Khodijah wafat, kakak sulung saya belum lahir (Mbak Jamilah lahir pada Desember 1955). Ini komparasi saling melengkapi antara kesaksian ibu saya, dan data tertulis tahun Masehi 1955.”

Baca juga: Nyai Sholichah Wahid Hasyim: Pemahat Kepribadian Gus Dur


Demikianlah, bahwa dahulu di antara cara memperoleh data dari para beliau itu dengan metode patokan dari suatu peristiwa (kelahiran, pernikahan, gunung meletus, dan seterusnya.

Sehingga, secara perhitungan, untuk Bu Nyai Nur Khodijah, sesuai hitungan Hijriah, maka pada 2023 adalah Haul beliau yang ke-70, bukan ke-74.

Bermakna pula, bahwa lahir dan wafatnya Nyai Nur Khodijah sama-sama pada bulan yang paling mulia, Ramadan. Tanggal lahir dan wafatnya berurutan. Lahir pada 21 Ramadan (1314), dan wafatnya pada 22 Ramadan (1374), al-Fatihah. [DR]


KETERANGAN:
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di akun Facebook penulis yang diunggahnya pada Jumat, 13 Januari 2023 (pukul 15.29 WIB) dengan judul Lahir dan Wafatnya Bu Nyai Nur Khodijah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *