JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Siapa Pun Bisa Khidmat di NU, Catatan di PCI NU Hong Kong
Home » Siapa Pun Bisa Khidmat di NU, Catatan di PCI NU Hong Kong

JAS HIJAU – Di Mesir, Ahlussunnah—akidah Asy’ariah, fikih 4 Mazhab dan tasawuf al-Junaid—dipertahankan oleh institusi pendidikan, Al-Azhar. Di Yaman, Suriah dan lainnya dijaga oleh person-person ulama dan habaib.
Di Indonesia berbeda. Di samping para kiai dan pondok pesantren, ada penjaga yang lebih besar, yaitu Nahdlatul Ulama. Uniknya, di tubuh organisasi ini semua diberi wadah, para pelajar di IPNU-IPPNU, pemudanya di Ansor, pemudinya di Fatayat, pemudi senja di Muslimat.
Di semua tingkatan kepengurusan, baik tingkat desa, kecamatan dan kabupaten selalu diisi dengan kegiatan ke-NU-an, mulai salawatan, yasinan, kirim pahala untuk para almarhum dan seterusnya.
Kalau di dalam negeri Indonesia sudah biasa. Tidak ada yang istimewa. Ini sahabat-sahabat NU di Hong Kong luar biasa menghidupkan organisasi NU luar negeri, yang diberi nama Pengurus Cabang Istimewa (PCI). Disebut “Istimewa” karena ada di luar negeri.
Saya sampaikan ke teman-teman PCI NU Hong Kong bahwa khidmat di NU tidak harus pendidikan tinggi, tidak harus lulusan pondok. Justru pernah saya berada di jajaran pengurus NU yang anggotanya bertitel S3 sampai S20 (HP Samsung), nyatanya giliran menggerakkan organisasi adalah yang santri dan warga NU biasa.
Makanya betul kata guru saya, Kiai Asyhar (Ketua LBM PWNU Jatim) yang berpesan kepada saya: “Orang yang ngopeni NU tidak harus pinter, tapi kober,” yaitu orang yang mau meluangkan waktunya untuk NU. Andaikan pinter dan tiap rapat selalu usul dengan usulan yang muluk-muluk, giliran mengerjakan keputusan rapat malah tidak datang. Mungkin orang seperti ini dulu kuliahnya jurusan Ushuluddin, karena usul terus tapi tidak merealisasikan programnya.
Saya doakan semoga Mas-mas dan Mbak-mbak di PCI NU Hong Kong dan lainnya senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah, keberkahan dalam rezeki dan keluarganya, Amin. [DR]
