Salah Satu Manuskrip Tertua Beraksara Arab di Jawa, Salinan Syekh Abdul Jamal Banten

salah-satu-manuskrip-tertua-beraksara-arab-di-jawa-salinan-syekh-abdul-jamal-banten

JAS HIJAU – Berikut ini adalah fragmen gambar (lihat gambar) manuskrip koleksi Universiteit Bibliotheek (UB) Leiden, dengan nomor kode Or. 1666. Manuskrip tersebut merupakan salinan atas kitab berjudul Marah al-Arwah, dengan disertai ulasan dalam bahasa Persia dan terjemahan antar baris berbahasa Melayu aksara Arab (Jawi) pada beberapa teks dalam manuskrip.

Kitab Marah al-Arwah sendiri merupakan karya yang berisi kajian dalam bidang ilmu morfologi Arab (sharaf), yang ditulis oleh Syekh Ahmad bin ‘Ali bin Mas’ud pada peralihan abad ke-13 dan 14 Masehi.

Pada halaman yang memuat kolofon pada manuskrip, didapati informasi terkait nama penyalin sekaligus titimangsa penyalinan atas kitab Marah al-Arwah tersebut. Dalam kolofon, diinformasikan jika nama penyalin adalah Abdul Jamal (‘Abd al-Jamal), sementara titimangsa penyalinannya adalah waktu Asar tanggal 2 bulan Ramadan tahun 990 Hijriah (bertepatan dengan 20 September 1582 Masehi).

Tertulis pada kolofon:

تم الكتاب الصرف بالمختصر مسمى بخلاصة في الأذكر نهار الإثنين في الوقت عصر في شهر رمضان من شهور السنة الباء تسعين / وتسعمائة من الهجرة النبوية المصطفوية أفضل الصلوات على صاحبها وأكمل التحيات. وكان كاتبه وصاحبه عبد الجمال غفر الله ولصاحبها ولمن كاتبها و لمن صنفها ولمن قرأها ولوالدين آمين يا رب العالمين والحمد لله رب العالمين تم

“Telah selesai menyalin kitab al-Sharaf secara ringkas, yang dinamakan dengan Khullashah fi al-Adzkar, pada siang hari tanggal dua, di waktu Asar, bulan Ramadan tahun Ba, sembilan ratus sembilan puluh Hijriah Nabi Musthofa. Semoga salat terbaik senantiasa tercurah kepada Nabi sang pemilik tahun tersebut, juga kehormatan yang sempurna. Penyalin dan pemiliknya adalah Abdul Jamal. Semoga Allah mengampuni pemilik kitab ini, juga penulisnya, juga pengarangnya, juga orang yang membacanya, juga kepada kedua orang tua. Amin Ya Rabb al-‘Alamin. Wal-hamd-u Lillahi Rabb al-‘Alamin. Tamm.”

Saya sendiri mendapatkan informasi awal sekaligus ulasan dan fragmen gambar manuskrip tersebut dari buku A.C.S Peacock, berjudul Arabic Literary Culture in Southeast Asia in the Seventeenth and Eighteenth Centuries (2024).

Sebelum Peacock, terdapat dua artikel yang telah terlebih dahulu mengkaji keberadaan manuskrip LOr. 1666 tersebut, yaitu Persianate Aspects of the Malay-Indonesian World: Some Rare Manuscripts in the Leiden University Library tulisan Majid Daneshgar dan dimuat dalam The Digital Archive of Brief Notes & Iran Review (DABIR), edisi No. 8 (2021), juga Un Manoscritto Persiano-Malese di Grammatica Araba del XVI Secolo, tulisan Alessandro Bausani dan dimuat dalam Annali dell’Ist. Univ. Orientale di Napoli 19/29 (1969).

Baca juga: Risalah Rihlah Jaringan Murid Syaikhona Kholil Madura di Tatar Sunda, Pondok Pesantren Sukamismikn Bandung


Baik Peacock, Daneshgar, atau pun Bausani, kesemuanya mengisyaratkan jika manuskrip di atas berasal dari lingkungan Kesultanan Banten, sebuah wilayah kekuasaan yang terdapat di kawasan Tatar Sunda di bagian barat Pulau Jawa. Sang penyalin manuskrip, yaitu Syekh Abdul Jamal, tampaknya merupakan seorang sarjana yang multilingual, yang menguasai bahasa Arab, Persia, Melayu, juga Jawa, yang mengajar di lingkungan Kesultanan Banten.

Manuskrip di atas memiliki keistimewaan tersendiri. Hal ini karena manuskrip tersebut ditulis pada kertas dluang Jawa, dengan teks berbahasa Arab dan Persia yang dilengkapi dengan terjemahan gantung berbahasa Melayu. Hal tersebut menunjukkan kompleksitas lingkungan multibahasa yang khas, yaitu baik bahasa Melayu maupun Persia, kedua-duanya berfungsi sebagai perantara bagi penutur asli bahasa Jawa.

Bausani menyebut jika manuskrip tersebut kemungkinan didedikasikan untuk Pangeran Muhammad (raja Banten ketiga yang memerintah dari 1585 hingga 1596), putera dari Sultan Maulana Yusuf (raja Banten kedua yang memerintah dari 1570 hingga 1580), ketika Pangeran Muhammad masih dalam masa ngangsu kaweruh (belajar). Peacock juga menambahkan, bahwa aktifitas pengajaran para pangeran Banten tampaknya dilakukan oleh qadhi istana kasultanan tersebut.

Martin van Bruinessen dalam Shari’a Court, Tarekat and Pesantren: Religious Institutions in the Banten Sultanate (Archipel, No. 50, 1995), menggambarkan pandangan dan kesan orang Belanda pertama yang mengunjungi Banten pada tahun 1596, terkait pengaruh sang qadhi di lingkungan istana Banten. Orang Belanda tersebut menyebut sang qadhi di Banten dengan sebutan “opperste ceque” atau “syekh tertinggi”. Menurut Van Bruinessen, pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 M qadhi di Banten memainkan peran kunci bukan hanya dalam bidang kegamaan, tetapi juga dalam intrik politik kekuasaan istana.

Pengaruh para qadhi di istana tersebut tampak dalam proses suksesi penguasa Banten pasca wafatnya Sultan Maulana Yusuf di tahun 1580, yang mana tampuk kekuasaan diturunkan kepada putranya yang bernama Muhammad yang masih remaja, dan bukan kepada Pangeran Abdullah Malaka (Pangeran Jepara, w. 1599), saudara ipar Sultan Maulana Yusuf, yang lebih dikenal dengan reputasi kepemimpinan dan disukai oleh patih mangkubumi dan bangsawan istana Banten pada umumnya. Pangeran Jepara kemudian pindah ke Kalinyamat di Jepara, dan ditabalkan menjadi penguasa Jepara menggantikan Ratu Kalinyamat (w. 1579).

Manuskrip Marah al-Arwah (LOr. 1666) dengan terjemahan berbahasa Melayu dan berasal dari Banten di atas, yang disalin pada tahun 990 H atau 1582 M oleh Syekh Abdul Jamal, tampaknya menjadi salah satu manuskrip tertua beraksara Arab yang berasal dari Pulau Jawa di Nusantara, yaitu paruh kedua abad ke-16 M.

Selain itu, manuskrip LOr. 1666 di atas juga berkorelasi dan sezaman dengan kitab berjudul al-Saif al-Qathi’ al-Maslul ‘ala man Yunsab li Maulana Jalla wa ‘Azza Ma Taradduduhu al-‘Uqul wa al-Nuqul karya Syekh Abu al-Khair bin Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki, yang ditulis di Aceh di Pulau Sumatera pada tahun yang sama (990 H/1582 M).

Syekh Abu al-Khair sendiri merupakan putra dari Syekh Ibn Hajar al-Haitami al-Makki (w. 1566 M), seorang ulama sentral Mazhab Syafi’i yang berkarir di Makkah pada abad ke-16 M. Ia menulis karyanya yang berjudul al-Saif al-Qathi’ al-Maslul untuk merespon perkembangan wacana doktrin pantheisme atau wahdat al-wujud yang marak berkembang di Aceh pada zaman itu. Abu al-Khair menulis:

فاني لما دخلت بندر اشي حرسه الله من البدع والاهوي وقوي فيه الدين والتقوي عام تسعين وتسعاية من هجرة النبويه على صاحبها أزكى صلوة مقبولة مرضية آمين… عن معلومات الله تعالى باعتبار قيامها بذاته هل هي محدثة أم قديمة

Maka sesungguhnya aku, ketika memasuki Kota Aceh—semoga Allah senantiasa menjaganya dari penyimpangan dan hawa nafsu, dan menguatkan di dalamnya ajaran agama Islam dan ketakwaan—pada tahun 990 Hijriah Nabi—semoga shalawat terbaik tercurahkan untuknya, terkabul dan teridai, Amin … (telah tersebar di negeri itu) pengetahuan dan pembahasan mengenai Allah Ta’ala, apakah sifat keberadaan dzatNya itu adalah muhditsah (baru) atau qadimah (kekal).”

Baca juga: Dua Buyut K.H. Said Aqil Siradj dalam Catatan Manuskrip C. Snouck Hurgronje Bertahun 1889: K.H. Muhammad Said Gedongan dan K.H. Hasan Sukunsari (Setu Wetan)


Kedatangan Syekh Abu al-Khair tersebut juga ditegaskan oleh Syekh Nuruddin al-Raniri (w. 1657) dalam karyanya yang berjudul Bustan al-Salathin. Al-Raniri adalah seorang ulama asal Gujarat yang bermukim di wilayah Kasultanan Aceh pada paruh pertama abad ke-17 M dan menjadi grand mufti di lingkungan istana Aceh. Dalam Bustan al-Salathin, al-Raniri menjelaskan jika pada tahun 990 H (1582 M) telah datang seorang ulama Makkah bernama Syekh Abu al-Khair yang merupakan anak dari seorang ulama besar yaitu Syekh Ibn Hajar al-Haitami. Di Aceh, Syekh Abu al-Khair mengkaji dirkusus al-a’yan al-tsabitah (dan juga antonimnya al-a’yan al-kharijah) yang merupakan bagian dari pembahasan doktrin wujudiyyah.

Keberadaan manuskrip LOr. 1666 di atas (lihat gambar), yang memuat teks kitab Marah al-Arwah dengan terjemahan berbahasa Melayu dan berasal dari Banten, yang disalin pada tahun 990 H atau 1582 M oleh Syekh Abdul Jamal, juga teks kitab al-Saif al-Qathi’ al-Maslul karya Syekh Abu al-Khair bin Hajar al-Haitami al-Makki, yang ditulis di Aceh pada tahun yang sama (990 H/1582 M), tentu saja merupakan bukti kesejarahan Islam Nusantara yang penting, yang menegaskan jika tradisi pemikiran dan keilmuan Islam telah berkembang di kawasan Nusantara pada abad ke-15, atau fase pasca Wali Songo.

Tahun di atas (990 H/1582 M) tidak terlalu lama berselang dengan masa selesainya dibangun Masjid Sunan Sendang Duwur di Sedayu Lama (Paciran, Lamongan, Jawa Timur) pada tahun 971 H/1568 M, juga masa selesainya dibangun Masjid al-Aqsha di Kudus (Jawa Tengah) pada tahun 956 H/1549 M.

Berdekatan dengan tahun-tahun di atas, Syekh Muhammad Naguib al-Attas (1986) juga pernah mengulas keberadaan manuskrip Jawi tertua yang pernah ditemukan, yaitu teks kitab teologi al-‘Aqidah al-Nasafiyyah dengan terjemahan antarbaris berbahasa Melayu aksara Arab (Jawi). Dalam kesimpulan al-Attas, manuskrip tersebut berasal dari Aceh dan dibuat sebelum tahun 1590 M.

Terdapat pula manuskrip koleksi UB Leiden, bernomor kode Or. 1928, yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa, berasal dari pesisir utara Jawa Timur di akhir abad ke-16 M, berisi ajaran etika serta tasawuf yang dinisbatkan kepada sosok Sunan Bonang. Manuskrip tersebut ditemukan oleh rombongan pedagang Belanda di sekitar Sedayu-Tuban sebelum tahun 1600 M (mungkin sekitar 1597 M), lalu menjadi koleksi UB Leiden sejak tahun 1614. Manuskrip tersebut kemudian dikaji oleh Dr. B.J.O. Schrieke pada tahun 1916 dan diterbitkan dengan judul Het Boek van Bonang (Kitab Ajaran Sunan Bonang). [DR]


KETERANGAN:
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di akun Facebook penulis yang diunggahnya pada Selasa, 24 Desember 2024 (pukul 14.30 WIB) dengan judul Salah Satu Manuskrip Tertua Beraksara Arab di Jawa, Bertahun 990 Hijri/1582 Masehi, Salinan Syaikh Abdul Jamal Banten.

Sumber Gambar:
UBL Or. 1666, dimuat dalam A.C.S Peacock, Arabic Literary Culture in Southeast Asia in the Seventeenth and Eighteenth Centuries (2024).

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *