JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Salawat Kaffah, Salawat Mengandung Unsur “Politis” Karya K.H. Abdul Hamid Baidlowi
Home » Salawat Kaffah, Salawat Mengandung Unsur “Politis” Karya K.H. Abdul Hamid Baidlowi

JAS HIJAU – Redaksi salawat ada banyak ragam dan macam, para ulama sendiri banyak menciptakan redaksi salawat sebagai salah satu bentuk ekspresi kecintaan mereka terhadap Nabi Muhammad saw. Hal ini sah-sah saja dan tidak terlarang selama kalimat tambahan yang dipakai masih dalam koridor kewajaran dan pakem yang berlaku.
Misalnya saja susunan salawat karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi (shohibu Maulid Simthud Duror) yang seminggu lalu telah berlangsung haul beliau di Solo yang dihadiri ribuan jamaah dari berbagai daerah. Salawat tersebut biasa disebut dengan Salawat Miftah, berikut adalah redaksinya:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِفْتَاحِ بَابِ رَحْمَةِ اللّٰهِ عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِ اللّٰهِ صَلاَةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ بِدَوَامِ مُلْكِ اللّٰهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
Beliau (Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi) mengatakan bahwa barang siapa yang membaca salawat ini secara istikamah, maka Insyaallah dia akan bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Rasulullah saw.
Begitu pun dengan Habib Sholeh al-Hamid Tanggul, Jember yang memiliki karangan salawat sebagai berikut:
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلاَةً تَغْفِرُ بِهَا الذُّنُوْبَ
وَتُصْلِحُ بِهَا الْقُلُوْبَ
وَتَنْطَلِقُ بِهَا الْعُصُوْبُ
وَتَلِيْنُ بِهَا الصُّعُوْبُ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ إِلَيْهِ مَنْسُوْبٌ
Salawat ini dikenal dengan sebutan Salawat Mansub. Bagi yang ingin mengamalkan biasanya dibaca ganjil 11 atau 21 kali selepas salat. Salawat ini memiliki sirr atau rahasia bagi yang rutin mengamalkannya. Salah satunya adalah dimudahkan segala urusan.
Contoh lain adalah salawat yang di-ijazah-kan Habib Seggaf Baharun, salawat ini disebut Salawat Busyro yang diperoleh salah satu putera Habib Hasan Baharun langsung dari Baginda Nabi saw melalui mimpi yang berbunyi:
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْبُشْرى صَلَاةً تُبَشِّرُنَابِهَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وجَمِيْعَ مَشَايِخِنَا وَمُعَلِّمِنَا وَطَلَبَتَنَا وَطَالِبَاتِنَامِنْ يَوْمِنَاهذَااِلى يَوْمِ الْأَخِرَةِ
Dalam mimpi tersebut Nabi Muhammad saw dawuh, barang siapa yang membaca salawat ini sebanyak 41 kali setelah salat Subuh, maka sama seperti hasiatnya membaca Surah Yasin 41 kali dalam mengabulkan hajat, mendatangkan kebaikan, mendatangkan harapan, memudahkan kita mendapatkan kelapangan dari segala kesulitan dan menjaga serta membentengi kita dari segala hal yang mengkhawatirkan dan menakutkan. Dan jika dibaca tanpa ada kecondongan terhadap dunia Insyaallah akan cepat bermimpi bertemu Rasulullah Muhammad saw.
Begitu pun juga dengan salawat yang disusun K.H. Abdul Hamid Baidlowi, salawat ini dinamakan beliau dengan Salawat Kaffah karena mencakup semua, mulai dari Baginda Nabi, sahabat, keluarga Nabi, malaikat, para Nabi, auliya’ dan sebagainya.
Baca juga: Ketawadhuan Kiai Hasan Abdul Wafi, Sang Pencipta Salawat Nahdliyah
Menurut beliau sendiri, salawat ini mengandung unsur politis. Dalam artian si pembaca tak harus mengulang kalimat (paragraf) pertama yang panjang namun cukup mengulang di paragraf kedua saja yang menggunakan dhomir هم untuk mengakali dan merangkum keseluruhan. Berikut ini adalah susunan redaksinya:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى سَادَةِ الْمُرْسَلِيْنْ، وَسَادَةِالأَنْبِيَاءِ وَأٰلِهِمْ وَأَصْحابِهِمْ وَالتَّابِعِيْن وتابعى التابعين مِنَ الأَوْلِيَاءِ وَالعُلَمَاءِ وَالصِّدِّيقِينْوَالشُّهداءِ والصّالحينْ وَمن تَبِعهُم بإحسانٍ الى يوم الدّينْ من الإنسِ والجنِّ والملائكةِ اجمعين، نفعنا الله بعلومهم في الدّارين. (Dibaca sekali)
اللهم صل وسلِّمْ على سيدنا محمد وعليهم ١٠٠x
Apapun redaksinya keistimewaan salawat memang luar biasa besarnya, sebuah ibadah yang diyakini tidak tertolak. Seperti halnya ungkapan syair berikut:
أَدِمِ الصَّلاَةَ عَلَى مُحَمَّدٍ# فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا بِغَيْرِ تَرَدُّدٍ
أَعْمَالُنَا بَيْنَ الْقَبُوْلِ وَرَدِّهَا # اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ
“Bacalah salawat selalu, sebab salawat pasti diterima tanpa keraguan. Adapun amal yang lain mungkin saja diterima dan mungkin ditolak, kecuali salawat kepada Nabi (karena salawat pasti diterima).” [DR]

4 Comments
[…] Baca juga: Salawat Kaffah; Salawat Mengandung Unsur “Politis” Karya Kiai Hamid Baidhowi […]
[…] Baca juga: Salawat Kaffah; Salawat Mengandung Unsur “Politis” Karya Kiai Hamid Baidhowi […]
[…] Setelah K.H. Baidlowi bin Abdul Aziz wafat pada tahun 1970, kemudian kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Wahdah Lasem dipegang oleh putera terakhirnya, K.H. Abdul Hamid Baidlowi. […]
[…] Baca juga: Salawat Kaffah, Salawat Mengandung Unsur “Politis” Karya K.H. Abdul Hamid Baidlowi […]