Sekelumit tentang Gus Nasihuddin Khozin, Sosok Alim Nahwu dan Fikih

sekelumit-tentang-gus-nasihuddin-khozin-sosok-alim-nahwu-dan-fikih

JAS HIJAU – Lelaki muda yang bernama lengkap Gus Nasihuddin Khozin ini merupakan putera K.H. Khozin Yahya, pengasuh periode kedua Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran. Putera kedua dari lima bersaudara ini dikenal sebagai orang yang alim ilmu nahwu (gramatika Arab) dan fikih di lingkungan pesantren yang didirikan K.H. Yahya Syabrawi

Di tangan Gus yang sudah dikaruniai tiga putera ini, pembelajaran membaca kitab kuning berhasil melahirkan banyak santri yang lihai menelaah kitab kuning hingga mampu berperan di berbagai lomba kitab kuning dan ragam bahsul masail, baik yang diselenggarakan level NU maupun antar pesantren.

Bukan itu saja, pria yang memperisteri Ning Luluk Mamluah ini sering kali menjadi rujukan banyak kalangan, termasuk para santri dan alumni, tentang pelbagai persoalan-persoalan fikih sosial, kemasyarakatan dan kekinian (masa’il fiqhiyah waqi’iyah). Salah satu dewan pengasuh ini seakan kamus berjalan dalam bidang ilmu nahwu dan fikih.

Keterlibatan kiai muda ini di PPRU 1 tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan dan keberlangsungan Madrasah Diniyah. Sampai saat ini belum ada figur yang mampu menandingi kepiawaiannya menata manajemen Madrasah Diniyah sebagai Kepala Diniyah dengan segala macam dinamika dan problematikanya yang dinilai cukup berat dan berliku.

Kepandaian Gus ini tidak serta merta diperoleh semudah seperti membalikkan telapak tangan. Ternyata sebelum menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kediri, ia masih menerjang setumpuk rasa malas dengan riyadah terlebih dahulu.

Seperti dimaklumi, persyaratan masuk tingkatan tertentu di pesantren yang didirikan K.H. Djazuli Usman itu harus sudah memiliki hafalan Alfiyah li Ibn Malik. Untuk mencapai persyaratan tersebut, Gus tampan ini memaksakan dirinya menghafalkan nazam 1000 bait itu dengan cara melakukan hafalan di makam K.H. Bukhori Ismail (maqbarah dekat Masjid Asy-Syafi’iyah Ganjaran) setiap malam.

Baca juga: Kiai Aniq Muhammadun, Pakar Nahwu yang Tersembunyi


Agar tidak mudah diserang kantuk, ia membawa air putih dalam botol mineral ukuran besar yang selalu diminum di tengah-tengah proses menghafal. Dengan berbekal minum yang banyak, membuat Gus pendiam ini harus sering ke kamar kecil. Setiap kali hendak ke kamar kecil, ia usahakan mengambil air wudu. Cara ini begitu ampuh menepis rasa berat di matanya.

Rupanya nama besar kakek dan ayahnya tidak menjadikan kiai supel ini lalai dan angkuh dengan tetap melakukan usaha sendiri secara sungguh-sungguh (al-juhd wa al-ijtihad) guna meraih ilmu pengetahuan. [DR]


7 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *