Semelah Mbah Sambu

semelah-mbah-sambu

JAS HIJAU – Suatu kali, Mbah Sambu kedatangan seorang tamu ulama luar Lasem. Ilmunya lumayan. Lisannya lebih fasih mengucapkan bahasa al-Qur’an. Doanya pun lebih lancar, dan berbahasa Arab semua. Tidak seperti Mbah Sambu, yang asli Jawa.

Entah kenapa, anjing tetangga yang galak tiba-tiba mengejar tamu Mbah Sambu tersebut hingga dia lari terbirit-birit menuju rerimbunan. Karena ketakutan, Mbah Sambu pun ikut lari bersama sang kiai. Si anjing terus mengejar.

Sambil lari, si kiai mengucapkan doa supaya anjing berhenti mengejar. Namun hal itu tidak berpengaruh apa-apa. Anjing bahkan berhasil mendekat hingga hampir menggigitnya.

Kiai berterik: “Mbah Sambu, tolong! Dongaku ora manjur. (Mbah Sambu, tolong! Doaku tidak manjur).”

Tanpa pikir panjang, Mbah Sambu mengucapkan Bismillah tapi dengan lisan Jawa, “Semelah, Semelah.” Ajib. Anjing berhenti dan melarikan diri.

Saking mantepnya, ‘Semelah’ ternyata lebih manjur daripada doa panjang sang kiai yang diucapkan hanya di lisan. Tidak sampai ke hati karena ketakutan.

Kini, kata “semelah” atau “semelak” sudah biasa diucap orang Jawa, yang artinya menyingkir. Apakah kata “semelah” berasal dari kisah ini, wallahu a’lam. [DR]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *