Surya Suminar Pangeran Abdul Karim (Sunan Cirebon) Girilaya

surya-suminar-pangeran-abdul-karim-sunan-cirebon-girilaya

JAS HIJAU – Makam Pangeran Abdul Karim atau Sunan Cirebon di Girilaya, yang dalam ingatan peradaban Mataram Islam di Yogyakarta disebut Panembahan Girilaya, memang diistimewakan. Mengapa? Karena beliau adalah seorang Raja/Sultan Cirebon. Sehingga makamnya ditinggikan dan diperlakukan layaknya seorang Raja. Dari sini menjadi wajar jika di Pasarean Girilaya itu didapati makam-makam tokoh yang lebih tua dari beliau, namun posisinya “lebih rendah” dibandingkan Sunan Cirebon.

Contohnya makam Panembahan Juminah, yang walaupun berada di satu pasarean yang sama, namun, tidak ditinggikan. Sebab tokoh ini bukan Sultan, meskipun ia paman Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Tradisi pengguratan ragi hias Surya Suminar berisi kalimat tauhid serta tumpal berisen-isen atau berisi ukiran sulur gelung khas Cirebon di nisan makam Sunan Cirebon (Pangeran Abdul Karim) Girilaya ini memiliki sanad dan tilas arkeologis pada nisan-makam leluhur punjernya, Sunan Gunung Jati.

Bagi siapa saja yang pernah melihat atau memotret nisan makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, pasti akan melihat guratan Surya Suminar bersisi kalimat tauhid. Di nisan itu juga terdapat terdapat hiasan Surya Suminar berisi kaligrafi kalimat tauhid dan juga hiasan tumpal berukir sulur gelung khas Cirebon. Ragi hias Sulur Gelung ini bahkan menjadi motif batik cirebonan.

Mas Ahmad Farhan kemarin berdiskusi dengan kami. Katanya ia belum menemukan makam anak-keturunan Sunan Gunung Jati yang nisannya bergurat Surya Suminar selain di makam Pangeran Abdul Karim di Girilaya, Bantul, ini. Berdasarkan temuannya, kebanyakan nisan-makam keturunan Sunan Gunung Jati menggunakan Purnama Sidi (bulan purnama) dengan bentuk tumpal yang sama dengan ukiran suluran atau polos tanpa ukiran suluran.

Hemat kami, itu bukan masalah apakah makam semua keturunan Sunan Gunung Jati harus memakai guratan Surya Suminar atau tidak. Tapi masalah perlambangan yang sesuai dengan karakter kewalian atau jalan kewalian setiap tokoh yang berbeda-beda. Hanya saja, tradisi pengguratan Surya Suminar di makam Pangeran Abdul Karim (Sunan Cirebon) di Girilaya ini, yang merupakan menantu Sunan Amangkurat I, dapat dikatakan sebagai bukan hal aneh. Sebab guratan itu sudah ada sanadnya dari makam kakeknya sendiri, Sunan Gunung Jati.

Begitu pula ukir-ukiran ragi hias yang sangat bersemarak di kijing atau jirat makam Pangeran Abdul Karim yang juga bersanad ke kijing makam kakeknya. Ini artinya, jalan kewalian Pangeran Abdul Karim ini merupakan kelanjutan jalan kewalian Sunan Gunung Jati.

Photo koleksi KTLV tahun 1910. Tampak hiasan surya suminar di makam Sunan Cirebon ini, saat itu berada di nisan mustaka bagian luar.

Photo koleksi KTLV tahun 1910. Tampak hiasan surya suminar di makam Sunan Cirebon ini, saat itu berada di nisan mustaka bagian luar.


Ada satu hal yang menjadi catatan saya untuk makam ini. Dalam photo tahun 1910 koleksi KITLV, tampak bahwa nisan mustaka yang bergurat Surya Suminar ini berada di bagian luar. Sedangkan saat ini, hiasan Surya Suminar itu berada di nisan mustaka bagian dalam. Ada kemungkinan telah terjadi perbaikan dan penggantian arah nisan mustaka dari yang tadinya bagian luar, menjadi bagian dalam. Tentu itu tidak masalah. [DR]


2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *