JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Tarbiyah, Tugas Mulia Pondok Pesantren
Home » Tarbiyah, Tugas Mulia Pondok Pesantren

JAS HIJAU – K.H. A. Mustafa Bisri (Gus Mus) dalam mauidhoh hasanah di Pondok Pesantren Mansajul Ulum Cebolek, Margoyoso, Pati dalam rangka Haul Ibu Nyai Salamah Muhammadun, isteri K.H. Abdullah Rifa’i (Selasa malam Rabu, 12 Juli 2022) menjelaskan: “Di pesantren, tarbiyah (pendidikan) lebih dominan dari pada ta’lim (pengajaran).”
Tarbiyah sebagaimana keterangan Syekh Mustafa al-Ghulayaini dalam kitab Iddhatun Nasyiin adalah menanam akhlak utama pada anak didik (غرس الاخلاق الفضيلة). Akhlak utama ini menjadikan anak didik kreatif, moralis dan dedikatif bagi orang lain, bangsa dan negara. Mereka mengedepankan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.
Para kiai tidak hanya mengajarkan wudlu, salat, dan lain-lain. Tapi mereka mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan mendidik santri supaya meneladani. Para kiai mengajarkan sifat jujur dan amanah dan memberikan contoh kepada para santri bagaimana hidup jujur dan amanah.
Internalisasi karakter ala pesantren ini menjadi kunci bagaimana pesantren mampu menghasilkan orang-orang hebat yang bermanfaat dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional. Pondasi akhlak mereka sangat kuat sehingga ilmu yang diberikan semata-mata untuk menggapai rida Allah dan mengabdi kepada sesama.
Tugas mulia pesantren ini harus didukung oleh semua pihak.
Pertama, orang tua harus benar-benar mendoakan anak-anaknya supaya dijadikan Allah generasi yang berkualitas (berakhlak mulia dan berilmu tinggi). Jangan lupa melakukan salat malam dan mendoakan anak-anaknya yang sedang studi di pesantren.
Kedua, anak-anak yang studi di pesantren harus membangun niatnya yang benar: menggapai rida Allah, menghilangkan kebodohan, dan menghidupkan agama Allah. Para santri harus belajar sungguh-sungguh supaya diberi Allah anugerah ilmu yang dalam, luas, dan berkah untuk menyebarkan ilmu Allah kepada sesama manusia.
Ketiga, orang tua dan anak harus memuliakan kiai sebagai ahlul ilmi. Orang tua memasrahkan anaknya kepada kiai dengan sungguh-sungguh memohon kepada kiai supaya mendidik anaknya menjadi generasi saleh berkualitas.
Keempat, meneladani kiai dan ibu nyai dalam segala hal, khususnya dalam memaknai kehidupan dan berjuang di tengah masyarakat.
Ibu Nyai Salamah contohnya adalah sosok Bu Nyai yang hebat yang mengajar anak-anak dan para santri serta mendampingi suami, K.H. Abdullah Rifa’i, dengan penuh kesabaran, istikamah, dan kasih sayang yang luar biasa. Anak-anaknya menjadi kader-kader hebat yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Begitu juga santri-santrinya menjadi kader penerus perjuangan agama dan bangsa.
Menjadi Partner Setia
K.H. A. Mustafa Bisri secara panjang lebar menjelaskan bahwa Haul Ibu Nyai Salamah ini menunjukkan bahwa perempuan adalah sosok hebat yang punya peran signifikan dalam pergulatan keilmuan dan sosial sekaligus.
Perempuan tidak diposisikan sebagai “konco wingking” dan makhluk kedua. Laki-laki dan perempuan sama-sama berperan aktif dalam kehidupan di berbagai aspek kehidupan.
Nabi bersabda:
النساء شقائق الرجال
“Perempuan adalah saudara kandung laki-laki.”
ما اكرم النساء الا كريم وما أهانهن الا لئيم
“Hanya orang mulia yang mampu memuliakan perempuan dan hanya orang hina yang merendahkan perempuan.”
الجنة تحت أقدام الامهات
“Surga berada di bawah telapak kaki para ibu.”
Hadis-hadis di atas meneguhkan posisi sentral perempuan sebagai makhluk Allah yang setara, bahkan sangat mulia.
Ibu Nyai Salamah adalah bukti nyata seorang perempuan tangguh yang mendidik anak-anak dan para santri serta mendampingi suami, K.H. Abdullah Rifa’i, dalam berkhidmat pada ilmu dan masyarakat. Semoga kita mampu meneladaninya, Amin. [DR]
