JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Tentang Banser Membubarkan Pengajian, Mustahil Menggeneralisir NU
Home » Tentang Banser Membubarkan Pengajian, Mustahil Menggeneralisir NU

JAS HIJAU – NU (Nahdlatul Ulama) jumlahnya besar. Tidak obyektif bila menghakimi organisasi NU dengan melihat satu atau dua kejadian. Semisal, tentang Banser membubarkan pengajian.
Berdasarkan penelitian Alvara Research Center oleh Tuan Hasanuddin Ali, persebaran orang NU adalah sebagai berikut: Di Jawa ada 63.05 juta warga NU. Warga Nahdliyin di berbagai pulau; 9.14 di Sumatera, 2.89 juta di Kalimantan, 1.47 juta di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara ada 1.56 juta dan di Papua 923 ribu.
Kiai-kiai di NU tipikalnya banyak, ada yang hanya mengajar di pondok saja, ada yang berkiprah di masyarakat, ada yang zikir saja. Demikian pula santri, ada yang berkutat dengan kitab saja, ada yang progresif karena aktivitasnya lebih luas dan sebagainya.
Baca juga: Belajar Empati kepada Banser
Bagaimana dengan Banser di Ansor NU?
Tidak ada kriteria khusus untuk menjadi Banser. Andaikan anggota Banser adalah santri yang menekuni kitab klasik sudah pasti tidak menemukan celah ada Banser yang menjaga dangdutan.
Andai saja personel Banser adalah para ustaz tentu tidak akan menghalangi pengajian, bahkan ikut ngaji bersama aliran lain. Dan, saya yakin Banser model ini jauh lebih pintar dari pada ustaz yang diundang sebagai pembicara.
Baca juga: Melihat Koleksi Kitab-kitab Klasik Peninggalan Banser NU
Coba Anda hitung lebih banyak mana pengajian yang dijaga oleh Banser di setiap kampung dengan kejadian membubarkan pengajian? Tapi bagaimana lagi, ibarat perjalanan mobil yang selamat jauh lebih banyak dari pada kecelakaan karena tabrakan.
Tapi sudah menjadi “hukum media”, yang menjadi berita adalah kecelakaannya, bukan keselamatannya. Tapi selama ini, saya selalu merasakan manfaat dijaga oleh Banser. [DR]
Baca juga: Mengenang Riyanto, Banser Pemeluk Bom yang Gugur di Malam MIsa Natal
