JAS HIJAU | Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama
Tentang TOA, Mari Berpikir Sehat
Home » Tentang TOA, Mari Berpikir Sehat

JAS HIJAU – Saya pernah jengkel pada orang yang baru belajar baca Qur’an, terus dengan pedenya dia tadarusan di bulan puasa semalaman pake TOA kencang sekali, mending kalau bacaannya fasih, sudah bacaannya belepotan, terus suaranya tidak enak didengar, padahal saya dan warga yang lain perlu istirahat.
Merasa mewakili warga, akhirnya saya memberanikan diri untuk menegur orang itu, “Kang, punten banget, tadarusannya bisa gak kalau gak dimasukin speaker, soalnya kami butuh istirahat.”
Eh, dia marah besar dan ngomong ke semua orang: “Kang Uyan gak dukung syi’ar Islam, Kang Uyan ngelarang saya baca Qu’ran, ustaz kok kayak gitu.”
Itu benar-benar terjadi dan saya alami sendiri, padahal semua penduduk di kampung saya Muslim, saya juga di kampung dikenal tokoh agama lah, walau pun hanya tahu ilmu tajwid dan makhorijul huruf, dan mungkin juga terjadi di daerah lain yang mayoritas Muslim, apalagi kalau hal ini terjadi di wilayah yang penduduknya heterogen. Tentu akan menjadi dilema tersendiri, terutama bagi kalangan minoritas.
Baca juga: Tidak Ada Larangan Azan Pakai Speaker
Beragama memang tidak melulu mengandalkan giroh, semangat yang menggebu-gebu, sehingga atas nama syi’ar menghalalkan segala cara, tanpa memperhatikan aspek sosial budaya yang berkembang. Beragama perlu dan butuh nalar serta logika yang sehat, agar kemuliaan dan keluhuran agama tidak ternodai.
Kami yang pernah ngaji ushul fiqh di pesantren pernah belajar: دفع المفاسد مقدم على جلب المصالح (Menghindari kerusakan, lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan) dan الضرر يزال (Kemadharatan (dalam segala bentuknya) itu (harus) dihilangkan).
Mari berpikir sehat. [DR]
