Umi Kultsum Memuji Nyai Khoiriyah Hasyim

umi-kultsum-memuji-nyai-khoiriyah-hasyim

JAS HIJAU – Saat masih mukim di Makkah, Nyai Khoiriyah Hasyim menjadi pelopor Madrasah Darul Ulum lil Banat (khusus puteri) tingkat Ibtidaiyah pada bulan Rabiul Awwal 1362 H/Maret 1943 M. Madrasah ini tercatat sebagai sekolah puteri pertama di Tanah Haram.

Uniknya, keberadaan madrasah swasta ini mendahului kebijakan Kerajaan Saudi Arabia yang baru mewajibkan penyediaan pendidikan untuk perempuan di tahun 1960 M. Bahkan gebrakan Nyai Khoiriyah Hasyim ini mampu menarik perhatian banyak kalangan, hingga pesohor Arab kala itu, Umi Kultsum.

Emang keduanya pernah bertemu? Ya! Cerita ini saya dengar langsung dari lisan Kiai Muhsin Zuhdi (anak angkat Nyai Khoiriyah) dan Kiai Luthfi Sahal (cucu mantu Nyai Khoiriyah). Berbeda dengan pengurus Madrasah lil Banat lainnya, Nyai Khoiriyah memiliki kecakapan komunikasi dalam bahasa Arab. Kefasihan ini mendapat pengakuan langsung dari Umi Kultsum.

Bahkan ketika Nyai Khoiriyah melantunkan beberapa bait lagu Arab, penyanyi berjuluk al-Kawkab al-Syarq (bintang dari Timur) itu pun tak segan melempar pujian atas suara merdu dan cengkok Arab Nyai Khoiriyah. Kiranya hati siapa yang tak meleleh jika suaranya dipuji oleh salah seorang penyanyi Arab terbesar abad 20, dengan rekor penjualan lebih dari 80 juta rekaman di seluruh dunia?

Lagian kok, ya bisa-bisanya Nyai Khoiriyah mampu menarik perhatian sang maestro? Mungkin saja ia terkesan dengan gerakan emansipasi wanita yang tengah diperjuangkan Nyai Khoiriyah. Meski telah menjadi penyanyi yang living legend, nyatanya Umi Kultsum kecil sempat tidak mendapat akses pendidikan gegara terlahir perempuan.

Baca juga: Nyai Hj. Abidah Ma’shum, Hakim Perempuan Pertama di Indonesia


Awalnya, ia harus mencuri dengar latihan vokal kakak lelakinya untuk belajar bernyayi. Ia harus berpakaian lelaki agar diterima bernyanyi di muka umum. Ia tak diizinkan sekolah oleh ayahnya yang seorang petani, karena biayanya yang tinggi. Dan lumrahnya di masa itu, keluarga petani tak akan menyekolahkan puterinya dengan biaya tinggi. Akhirnya kedua pelopor dan pesohor itu saling mengagumi. [DR]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *