Ziarah Masjid Tua di Thailand

Ziarah Masjid Tua di Thailand

JAS HIJAU – Di Thailand terdapat kurang lebih empat ribu Masjid. Sebagian besar terdapat di Thailand Selatan. Thailand Selatan dihuni mayoritas Muslim. Tersebar di empat Provinsi; Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun.

Di setiap provinsi ada masjid Jami’. Yaitu masjid rayanya. Selama 20 tahun terakhir, kerajaan Thailand memberi perhatian yang lebih terhadap perawatan empat masjid itu.

Salah satu masjid yang paling bersejarah adalah masjid Mudzaffar Syah atau masjid Kersik. Karena terletak di daerah bernama Kersik.

Nama Kersik tentu menarik. Ada kemiripan nama dengan sebuah kota di Jawa Timur, Gresik. Di kota Bangil, Pasuruan ada kelurahan bernama Kersikan.

Kersik di Pattani, Gresik di Jawa Timur dan Kersikan Bangil sama-sama kota atau daerah di pesisir. Dahulu pesisir adalah kota maju, disebut bandar. Mayoritas Muslim awal di Nusantara mendiami daerah pesisir.

“Kemungkinan daerah-daerah ini yang memiliki kemiripan nama itu dulu ada hubungan rapat,” terang Habib Ali bin Yahya, ketua LKKN (Lembaga Kajian Khazanah Nusantara) Jakarta.

Baca juga: Denyut Nadi Islam di Selatan Negeri Siam

Saya mengunjungi masjid tua ini pada 29 Januari 2023. Menurut Syekh Muhammad Adnan, seorang ulama Pattani yang menemani kami, bahwa masjid ini masih terpelihara arsitekturnya seperti awal dibangun.

“Dulu masjid ini sempat kosong tak digunakan. Berkat usaha para tokoh, masjid ini direnovasi dan digunakan,” tegasnya.

Letak masjid ini di pusat provinsi Pattani. Diapit dua jalan raya yang tidak terlalu besar.

Di depan masjid terdapat sumur dan tempat wudhu yang juga masih asli. Sumur ini rupanya masih digunakan. Ada timba dan tali.

Masjid ini dibangun oleh Sultan Ismail Shah. Seorang sultan pertama di kesultanan Melayu Pattani pada 1514.

“Sultan ini dulu beragama Budha kemudian diislamkan oleh Syekh Shofiyuddin al-Abbas, asal Yaman,” jelas Syekh Muhammad Adam.

Pendirian masjid ini atas petunjuk Syekh Shofiyuddin al-Abbasi. Ia mengusulkan kepada sultan pertama Pattani itu mendirikan masjid dekat istana.

Baca juga: Pattani dan Khazanah Ilmu Islam

Masjid ini terbangun dari bahan batu bata. Lantai, halaman, tempat wudhu dan sumur juga dibangun dari batu bata.

Batu bata yang digunakan merupakan batu bata berukuran besar. Sekilas dari bentuknya mirip batu bata zaman Majapahit. Sebagaimana bisa kita jumpai di bekas Kotaraja Majapahit di Trowulan, Jawa Timur.

Ketika sampai di masjid Kersik, waktu sudah menjelang Ashar. Beberapa menit kemudian dikumandangkan azan. Jamaah salat di masjid ini tidak banyak. Satu baris shaf. Ada lima orang. Masjidnya memang kecil. Syekh Muhammad Adnan menjadi Imam.

Masjid merupakan salah satu unsur penopang peradaban Islam. Menurut Syekh Adnan, kemungkinan dulu istana sultan itu di depan masjid ini. Beliau menunjuk ke arah timur.

Saya kemudian mendatangi tempat yang konon adalah istana. Kini menjadi taman masjid. Beberapa pohon kecil dan bunga ditanam di situ. Beberapa lantai sekitar tanah dari batu bata. Jangan-jangan ini bekas lantai istana. Pikir saya dalam hati.

Peradaban di Pattani kemudian mundur setelah kesultanan mengalami kekalahan perang dengan kerajaan Siam.

Baca juga: Kenapa Gagasan Islam Susah Diterima di Kawasan Melayu?

Menurut cerita warga Pattani, perang ini sangat dahsyat. Sampai-sampai Syekh Abdus Shomad al-Falimani terpanggil ikut berperang. Datang dari Makkah kemudian ke Palembang. Lalu datang ke Pattani, negeri tempat dulu beliau belajar agama.

Beliau syahid bersama ratusan pasukan Pattani. Dimakamkan di daerah Chana, perbatasan Songkhla dan Pattani. Menurut cerita, kepala dan badan beliau terpisah. Makam yang di Chana berisi badan tanpa kepala.

Di sinilah pertahanan terakhir Pattani. Setelah istana dan masjid direbut. Masjid itu kini dihidupkan kembali. Sekolah-sekolah Islam juga mulai tumbuh subur. Bahkan sudah mulai maju.

Pertanda peradaban ilmu di Pattani ini masih memiki nafas. Ia tidak mati. Saya cukup terkejut dengan banyaknya sekolah Islam yang maju di Thailand Selatan.

Ilmu pengetahuan dan kekuatan tradisi bisa menjadi modal berharga untuk melanjutkan nafas peradaban sebagaimana zaman kejayaan dahulu. Kuala Lumpur, 1 Februari 2023. [DR]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *