Biografi K.H. Hasan Besari, Pengasuh Keempat Pesantren Tegalsari Ponorogo

biografi-kh-hasan-besari-pengasuh-keempat-pesantren-tegalsari-ponorogo

JAS HIJAU – K.H. Hasan Beasri adalah ulama besar asal Ponorogo, beliau lahir pada tahun 1729. K.H. Hasan Besari merupakan putera kedua dari Kiai Muhammad Ilyas bin Kiai Ageng Muhammad Besari dari isteri pertamanya. K.H. Hasan Besari memiliki nama lengkap Kanjeng Kiai Bagus Hasan Besari.

K.H. Hasan Besari atau dikenal juga dengan Kyai Kasan Besari hidup dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Beliau dikenal sebagai pribadi yang alim, sosok penyabar, pandai, juga seorang ahli tirakat.

K.H. Hasan Besari merupakan pengasuh keempat Pondok Pesantren Tegalsari yang merupakan salah satu pesantren ternama di Indonesia. Pesantren ini terletak di Tegalsari, Jetis, Ponorogo.

Pengaruh K.H. Hasan Besari sangat besar pada masyarakat, khususnya Tegalsari, umumnya masyarakat Ponorogo dan Kasunanan Surakarta. Sampai saat ini pun namanya juga masih sangat dikenal akrab khususnya di masyarakat Ponorogo. Bahkan, makamnya sampai kini masih sering dikunjungi peziarah baik dari daerah Ponorogo maupun luar Ponorogo.

Sejak masa muda, K.H. Hasan Besari sudah didapuk sebagai turunan kiai yang akan meneruskan perjalanan dakwah agama Islam. Hasan Besari sendiri merupakan putera Kiai Ilyas dan Kiai Ilyas adalah putera dari Kiai Ageng Muhammad Besari, yang berarti Hasan Besari merupakan cucu dari pendiri Pondok Pesantren Tegalsari atau juga dikenal sebagai Pondok Pesantren Gebang Tinatar.

Wilayah Tegalsari dikenal sebagai daerah yang sangat subur, makmur, aman, dan sentosa, sehingga menjadi kiblat oleh desa-desa sekitarnya. Para rakyatnya hidup rukun dan sangat menghormati Hasan Besari. Sebagai pemuka agama yang secara tradisional berasal dari keluarga yang berpengaruh, ulama dan kiai merupakan faktor pemersatu dalam tatanan sosial pedesaan.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, ulama atau kiai dianggap berada pada posisi yang sangat tinggi dalam strata sosial. Pada masa pemerintahan kolonial pun, para pemimpin kekuasaan seperti sultan dan raja lebih menaruh perhatiannya dalam politik, dan urusan agama diserahkan kepada para kiai.

Urusan agama ini bukan hanya soal hukum saja, tetapi juga mengatur masalah-masalah sosial, sehingga kebanyakan kiai memiliki pengaruh yang sangat luas dalam pemerintahan dan masyarakat itu sendiri.

K.H. Hasan Besari dikenal sebagai seseorang yang gagah, punya wajah yang menarik dan postur tubuh yang tegap, sehingga saat itu puteri dari Pakubuwono III yaitu Bra. Murtosyah tertarik dan meminta ayahandanya untuk melamarkan Hasan Besari untuknya.

Pernikahan itu terjadi ketika Hasan Besari berusia 36 tahun. Pakubuwono III pun menerima permintaan Bra. Murtosyah, sehingga pada 1765 M, Hasan Besari dan Bra. Murtosyah menikah dan dikaruniai 6 orang anak, yakni R.M. Martopoero, R.A. Saribanon, R.A. Martorejo, R.M. Cokronegoro (ayah HOS Tjokroaminoto), R.M. Bawadi, dan R.A. Andawiyah.

Masa Pendidikan K.H. Hasan Besari
K.H. Hasan Besari setelah merampungkan studinya di berbagai pesantren, kiai yang lebih tua darinya melatih dirinya untuk membangun pesantrennya sendiri. Pada awalnya, Hasan Besari menjadi pengganti ayahnya, yakni Kiai Hasan Ilyas.

Hal tersebut karena oleh Pakubuwono IV, Kiai Hasan Ilyas dinilai hanya menyuruh santri-santrinya memperkaya dirinya, dan para santri tidak mendapatkan pendidikan tentang agama Islam. Akhirnya Kiai Hasan Ilyas dipecat oleh Pakubuwono IV dan digantikan oleh K.H. Hasan Besari.

Sebagai seorang putera kiai, Hasan Besari mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan tradisi keluarga kiai, yang berarti harus mempersiapkan diri melanjutkan estafet kepemimpinan. Hasan Besari yang terlahir dari keluarga santri, telah terbiasa dengan kehidupan pesantren yang serba sederhana bahkan bisa dibilang kurang memadai. 

Tradisi di pesantren yang diajarkan kepadanya antara lain tentang pendidikan sufisme. Pendidikan sufisme tersebut seperti praktik-praktik ibadah salat sunah, zikir, wirid dan ratib. Selain itu, juga dengan cara tirakat, puasa sunah dan lainnya. Berbagai pendidikan sufisme tersebut diajarkan K.H. Hasan Besari kepada santri-santrinya, salah satunya R. Ng. Ronggowarsito.

Ilmu yang didapat oleh K.H. Hasan Besari lebih banyak dipelajari dari kakeknya dan para guru di pesantrennya. Dari para gurunya, K.H. Hasan Besari banyak  belajar tentang ilmu fikih, alat (nahwu, sharf), tafsir, hadis, dan sastra. Sebagai seorang guru dari R. Ng. Ronggowarsito, Hasan Besari dalam bidang sastra juga mempunyai pengetahuan yang mumpuni khususnya sastra Jawa.

K.H. Hasan Besari Ditangkap
K.H. Hasan Besari juga menerapkan pemikiran Hukum Islam di Desa Tegalsari, sehingga pada akhirnya hal ini membuat iri desa-desa di sekitar Tegalsari dan banyak yang menirunya. Hal inilah yang membuat Sunan dari Surakarta menganggap bahwa hal tersebut merupakan sebuah penyelewengan. Akibatnya, K.H. Hasan Besari ditangkap dan dibawa ke Surakarta.

Setelah di Surakarta, K.H. Hasan Besari ditempatkan di Masjid Agung Surakarta. Para santri Hasan Besari banyak berdatangan untuk menengoknya. Bahkan, sesampainya di Surakarta, para santri diajak untuk mengadakan shalawatan. Suara indah yang dilantunkan Hasan Besari mampu memikat Putri Mustosiyah yang merupakan puteri dari Pakubuwono III.

Akhirnya, terjadi pernikahan antara K.H. Hasan Besari dan Putri Murtosiyah. Mereka pun dikaruniai beberapa putera, salah satunya Raden Cokronegoro yang menjadi Bupati Ponorogo yang merupakan ayah dari HOS Tjokroaminoto.

Pondok Pesantren Tegalsari telah banyak melahirkan tokoh atau ulama besar. Baik dari sisi sanad keturunan (nasab), atau pun sanad keilmuan. Di antaranya Raden Bagus Harun atau Kiai Ageng Basyariyah (Sewulan, Madiun), Pakubuwono II, Raden Bagus Burhan atau Ronggowarsito, Pangeran Diponegoro, HOS Tjokroaminoto, serta lainnya.

Bahkan, sejumlah muasis (pendiri) pesantren-pesantren besar seperti Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang), Pondok Pesantren Lirboyo (Kediri), Pondok Pesantren Jampes (Kediri), Pondok Pesantren Ploso (Kediri), Pondok Pesantren Tremas (Pacitan), juga masih tersambung ke Tegalsari. [DR]


One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *